Rabu, 12 November 2014

Rahasia Dahsyatnya Istighfar

Saudara-saudariku, seorang laki-laki pernah menemui Syaikh Bin Baz rahimahullahu ta’ala dan berkata kepada beliau, “Wahai Syaikh, sudah 7 tahun aku belum juga dikaruniai anak.”

Tidaklah Syaikh mewasiatkan kepadanya kecuali dengan satu kalimat saja, “Perbanyaklah istighfar.”

Sungguh, setelah setahun berlalu, lelaki ini datang lagi kepada Syaikh Bin Baz untuk mengabarkan kepada beliau, bahwa istrinya sedang hamil.

***

Hasan al-Bashri rahimahullahu ta’ala pernah didatangi seorang laki-laki. Orang tersebut mengadu kepada al-Hasan, “Langit belum juga menurunkan hujan.”

Berkata al-Hasan: “Perbanyaklah istighfar.”

Lalu datang lagi seorang yang lain untuk mengadukan kefakirannya.

“Perbanyaklah istighfar,” ucap Hasan al-Bashri.

Kemudian datang lagi seorang yang lain dan berkata kepada al-Hasan, “Istriku mandul tidak bisa memiliki anak”

“Perbanyaklah istighfar,” jawab al-Hasan.

Mendengar jawaban-jawaban Hasan al-Bashri kepada setiap yang mengadukan kondisinya, orang-orang di tempat itu pun bertanya kepada beliau rahimahullah, “Apakah engkau selalu mengucapkan ‘perbanyaklah istighfar’ kepada setiap orang yang datang (mengadu) kepadamu?”

Keutamaan Cinta Akhirat Dan Zuhud Dalam Kehidupan Dunia


Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

“Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)“[1].

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi[2].

Cara Mudah Mempelajari Aqidah Ahlus Sunnah (2)

Bab 2. Metode Salafus Shalih Dalam Penetapan Aqidah
Bab ini mencakup lima pembahasan:
  1. Sumber Aqidah
  2. as-Sunnah Merupakan Wahyu Yang Terjaga
  3. as-Sunnah Merupakan Hujjah
  4. as-Sunnah Merupakan Hujjah Yang Mandiri
  5. Hadits Ahad Hujjah dalam Aqidah
[1] Sumber Aqidah
Aqidah adalah perkara tauqifiyah, artinya tidak bisa ditetapkan kecuali apabila dilandasi dengan dalil dari Sang pembuat syari’at. Aqidah bukanlah medan pemikiran dan ruang untuk berijtihad. Oleh sebab itu sumber aqidah itu hanya terbatas pada apa yang dijelaskan di dalam al-Kitab maupun as-Sunnah. Sebab, tidak ada yang lebih mengetahui tentang Allah dan apa yang wajib baginya serta perkara-perkara yang Allah tersucikan darinya selain Allah sendiri. Dan tidak ada selain Allah orang yang lebih mengerti tentang hal itu selain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh sebab itu manhaj/metode salafus shalih dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam mengambil aqidah adalah terbatas pada al-Kitab dan as-Sunnah (lihat Kitab at-Tauhid li as-Shaff al-Awwal al-’Aali, hal. 11)

Cara Mudah Mempelajari Aqidah Ahlus Sunnah (1)

Bab 1. Pengantar Aqidah Ahlus Sunnah

Bab ini mencakup tujuh pembahasan:
  1. Makna Aqidah
  2. Urgensi Aqidah
  3. Makna as-Sunnah
  4. Ahlus Sunnah wal Jama’ah
  5. Nama Lain Ahlus Sunnah wal Jama’ah
  6. Makna Salaf
  7. Kewajiban Mengikuti Manhaj Salaf
[1] Makna Aqidah
Secara bahasa aqidah berarti mengikatkan sesuatu. Kalau dikatakan bahwa seseorang meng-i’tiqadkan sesuatu maka itu maknanya dia telah mengikatkan keyakinan itu di dalam hatinya. Yang dimaksud dengan istilah aqidah adalah segala sesuatu yang menjadi ideologi bagi seseorang. Aqidah adalah amalan hati yang berupa keimanan di dalam hati terhadap sesuatu dan pembenaran/tashdiq tentangnya. Pokok-pokok aqidah Islam biasa dikenal dengan istilah rukun Iman, yaitu mencakup: iman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan iman kepada takdir (lihat at-Tauhid li ash-Shaff al-Awwal al-’Aali, hal. 9).

Selasa, 11 November 2014

Faktor-Faktor Pasang Surutnya Iman

oleh: Prof. Dr. Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr[1]

Mengenal faktor-faktor kembang kempisnya iman sangatlah penting bagi seorang hamba sebab iman adalah kunci kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Maka hendaknya setiap hamba yang ingin meraih kebahagiaan berupaya serius untuk mengetahui faktor-faktor bertambahnya iman lalu merealisasikannya dalam kehidupan ini sehingga imannya semakin mengakar dalam hati. Sebaliknya, hendaknya dia mengetahui faktor-faktor perusak iman agar dia terhindar darinya dan selamat dari kubang kesengsaraan.

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di berkata, “Seorang hamba yang beriman selalu berusaha menerapkan dua hal:
Pertama: Menguatkan fondasi-fondasi keimanan dan cabangnya dengan mengilmui dan mengamalkannya.
Kedua: Berusaha semaksimal mungkin untuk menangkis segala hal yang dapat mengotori imannya dan berusaha untuk mengobatinya sebelum terlambat.” [2]

Berikut beberapa faktor tersebut secara ringkas:

Mendidik Anak Secara Islam


بسم الله الرحمن الرحيم
 
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله اما بعد:

Tidak diragukan lagi bahwa setiap orang tua mendambakan anaknya menjadi anak yang saleh, anak yang berbakti kepada orang tua selama hidupnya dan mendoakannya setelah wafat. Tidak ada cara lain untuk menggapai ke arahnya kecuali dengan kembali kepada kitab Allah dan sunah Rasul-Nya dengan mempraktikkannya dalam keseharian, mendidik anak-anak kita di atasnya, menanamkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya di hati mereka dan membiasakan mereka tumbuh di atas ajaran Islam.

Usaha mendidik anak agar menjadi saleh memang tidak gampang, banyak liku-liku yang harus dihadapi oleh orang tua untuk menuju ke arahnya, jika kita melihat ajaran Islam akan nampak jelas rambu-rambu yang selayaknya dilalui oleh orang tua yang menginginkan anaknya menjadi saleh. Rambu-rambu tersebut tidak dimulai ketika anak sudah lahir, bahkan sebelum anak lahir dan sebelum seseorang memasuki mahligai rumah tangga.
Berikut ini di antara rambu-rambu yang perlu dilalui seseorang yang mendambakan anaknya menjadi saleh:

Fungsi Diturunkannya al-Qur'an


Sesungguhnya merupakan nikmat Allah yang terbesar adalah diutusnya Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wasallam dan diturunkan nya al-Qur'an kepadanya untuk memberi petunjuk kepada manusia, mengajari dan mengingatkan mereka tentang segala yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan di akhirat. Atas dasar inilah Allah memuliakan ummat ini.

Al-Qur'an adalah kalam (firman) Allah Ta'ala, baik huruf maupun maknanya, dia bukan makhluk. Dari Allah al-Qur'an berasal dan kepada-Nya dia akan kembali. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya, "Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas." (QS. Asy Syu'araa:195)

Al-Qur'an merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia, bahkan untuk bangsa jin, untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada mereka. (periksa QS. al-Jin:2)

Al-Qur'an diturunkan kepada manusia dengan memiliki fungsi yang amat banyak. Di antara fungsi diturunkannya al-Qur'an adalah sebagai berikut:

Akibat Berpaling Dari Agama Allah

Berpaling dari apa yang dibawa oleh rasul berakibat buruk dan berdampak negatif, Allah Ta'ala berfirman, “Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah tunduk kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul,’ niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah, ‘Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna." (An-Nisa’: 61-62).

Firman Allah, “Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka.” (Al-Maidah: 49)

Dua penggalan ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa berpaling dari agama Allah adalah sebab terjadinya ujian-ujian dan musibah-musibah, kesulitan-kesulitan dan kesempitan hidup.

Firman Allah, “Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Ali Imran: 63).

Ayat ini menjelaskan bahwa berpaling dari agama merupakan perbuatan merusak. Al-Baidhawi berkata tentang tafsir ayat ini, “Ancaman bagi mereka, kata zhahir diletakkan di tempat dhamir untuk menujukkan bahwa berpaling dari hujjah dan tauhid merusak agama dan akidah yang menyeret kepada kerusakan jiwa bahkan rusaknya alam.”

Firman Allah Ta'ala, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.’ Berkatalah ia, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Allah berfirman, ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan." (Thaha: 124-126).

Berpaling menurut ayat-ayat di atas berakibat buruk, kehidupan yang sempit dan di akhirat dibangkitkan dalam keadaan buta, balasan sesuai dengan perbuatan, manakala orang tersebut menutup mata dari peringatan Allah di dunia, maka di akhirat Allah pun menutup matanya, alias membutakannya.

Jumat, 07 November 2014

17 Kiat Membahagiakan Istri

Dalam rangka mengokohkan hubungan kekeluargaan dikalangan kaum Muslimin dan menyebarkan tuntunan Islam di dalam pembinaan keluarga, Asosiasi Pelajar Islam di Universitas Alberta, Kanada menerbitkan sebuah ikhtisar berbahasa Inggris terjemahan dari buku yang ditulis dalam bahasa Arab oleh Syaikh Muhammad Abdul Halim Hamid, seorang Ulama asal Mesir alumni Universitas Islam Madinah, Madinah Munawaroh, Saudi Arabia. Buku tersebut adalah How To Make Your Wife Happy (Bagaimana Membahagiakan Istri Anda) Buku ini adalah salah satu buku terbaik yang pernah penulis baca yang membahas masalah ini. Di dalamnya disajikan dengan lengkap dan rinci, bagaimana cara memenuhi hak dan menunaikan kewajiban kepada istri di dalam aktifitas sehari-hari.

Ikhtisar di bawah ini menjelaskan tanggungjawab utama seorang suami berikut contoh-contoh adab atau prilaku apa yang selayaknya dan seharusnya dilakukan oleh seorang suami terhadap istrinya. Setiap point yang disebutkan di sini, didukung oleh Al Quran dan Assunnah dan prilaku para sahabat, tetapi karena terbatasnya kolom yang tersedia, dalil-dalil tersebut tidak dapat kami sebutkan di sini.

Banyak buku yang hanya membahas kewajiban istri terhadap suami. Sementara pada kenyataannya permasalahan rumah tangga bukan hanya disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak suami, tetapi juga dikarenakan banyaknya suami yang belum memenuhi kewajibannya dan menunaikan hak-hak para istrinya. Tulisan ringkas yang diilhami dari ikhtisar yang kami sebutkan di atas ini insyaAllah menjadi penyeimbang, agar para suami pun dapat mengetahui masalah yang penting ini, sehingga rumah tangga yang dibina menjadi rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan penuh rahmah. Apa sajakah yang harus dilakukan Anda sebagai seorang suami kepada istri Anda agar dia berbahagia?

1. Perjumpaan yang manis

Setelah pulang dari bekerja, kuliah atau perjalanan jauh ataupun kegiatan lainnya yang telah memisahkan kalian, lakukan tips berikut ini: Mulailah dengan salam/sapaan yang baik Dimulai dari "Assalamu'alaikum" sambil menyunggingkan senyum, dan ikhlaskan hati Anda dan berdoalah kepada Allah untuk istri Anda tersayang. Salam dan senyum adalah sunnah, sedang mendoakan istri adalah kewajiban Anda. Jabat tangannya kalau perlu cium juga pipinya dan tunda dulu niat Anda untuk menyampaikan berita yang sekiranya tidak akan mengenakkan hatinya.

2. Ucapkan perkataan yang baik

Dalam bertutur kata dengan istri Anda, pilih kata-kata yang berdampak positif dan hindari yang berakibat negatif. Agar istri Anda mengerti apa yang Anda katakan, ucapkan setiap perkataan dengan jelas dan ulangi kata-kata Anda bila perlu. Berilah perhatian ketika Anda mendengarkan ucapan atau ceritanya. Hal ini akan membuatnya merasa dihargai, sebagaimana Anda juga merasa dihargai, apabila perkataaan Anda didengarkan dengan baik. Panggillah dia dengan panggilan mesra yang disukainya, misalnya "sweet heart, honey, sayang, Sholihah dan panggilan mesra lainnya. Kebiasaan ini akan menambah kemesraan hubungan kalian.

Nasehat Untuk Istri

# Juga Untukmu Wahai Para Istri #
disusun oleh Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

A. PENGANTAR
Terasa tidak adil kalau ada sebuah ketidak harmonisan dalam sebuah rumah tangga lalu kita limpahkan tanggung jawab pada salah satunya saja, karena harus diakui minimalnya suami maupun istri punya andil didalamnya.

Kisah yang saya sebutkan diawal pembahasan pada edisi lalu tentang para ibu-ibu yang memakan daging suami mereka sendiri dalam suasana obrolan mereka dengan lainnya tidak mesti hanya kesalahan suami mereka, bahkan sangat mungkin si suami sudah berbuat yang benar namun si istri lah yang tidak pernah mengerti dan memahami.

Maka pada edisi ini saya tujukan untaian nasehat ini kepada para istri, semoga semuanya bisa menjalankan apa seharusnya dia kerjakan, sehingga yang lainnya akan mendapatkan apa yang seharusnya di dapatkan.
Wallohul Muwaffiq

B. TERIMA KODRATMU DAN PAHAMILAH POSISIMU
Semoga Alloh merohmati orang yang bisa menempatkan dirinya pada tempatnya yang tepat, saat sebagai suami dia mengetahui bahwa dia adalah seorang suami yang wajib mempergauli istrinya dengan baik, demikian juga tatkala dia sebagai istri, dia mengetahui hak dan kewajiban serta tanggung jawabnya yang besar dengan benar.

Sangat miris hati ini tatkala ada sebagian istri yang mengatakan :
“Enak ya jadi suami, setiap hari keluar rumah, bisa berganti-ganti suasana, berbeda dengan istri yang setiap hari di rumah dan hanya berkutat dengan dapur dan anak.” ... Atau kalimat yang senada

Ketauhilah wahai ukhtil muslimah !!!
Alloh Ta’ala dan Rosululloh telah menempatkanmu pada posisi yang mulia. Perhatikanlah hadits berikut ini :

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِي الْجَنَّةَ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

Dari Abdur Rohman bin Auf berkata : Rosululloh bersabda : “Apabila seorang wanita sholat lima waktu, puasa bulan Romadhon, menjaga farjinya, mentaati suaminya, maka akan dikatakan kepadanya : Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja engkau kehendaki.” (HR. Ahmad 1664 dengan sanad hasan. Lihat adabuz Zafaf oleh Syaikh Al Albani hal : 286)

Jalan menuju surga, tempat yang penuh dengan ketenangan dan keindahan nan kekal dan abadi telah dibentangkan dihadapanmu, yang salah satu jalanya adalah taat pada suami

Sadarilah olehmu bahwa dimanapun Alloh dan Rosululloh menyebutkan tentang dirimu pasti menyebutkan tentang ketaatan kepada suami. Terlalu banyak ayat dan hadts yang membicarakan tentang ini dan saya kira engkau sudah megetahuinya.

Maka sadarlah, bahwa engkau adalah seorang istri….
Sekali lagi engkau adalah seorang istri yang seharusnya selalu taat kepada suamimu selagi dia tidak memerintahkan kepada kemaksiatan….

Nasehat Untuk Suami

# Wahai Para Suami! Apakah Kau Kira Istrimu Lebih Baik daripada Istri-Istri Nabi? #
disusun oleh: Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

A. PENGANTAR
Kalau selama ini kehidupan rumah tangga dinamakan dengan sebuah bahtera itu mungkin ada benarnya, karena dalam sebuah keluarga tidak akan ada yang selamat dari adanya riak-riak kecil gelombang lautan yang dihembuskan angin sepoi-sepoi sampai adanya sebuah badai yang dasyat. Bersatunya dua insan yang punya karakteristik, latar belakang, pendidikan, mental dan lainya yang mungkin serba berbeda akan banyak menimbulkan banyak gesekan. Dari sinilah maka sebuah pertengkaran kecil, perseteruan unik dalam keluarga sudah dianggap sebagai bumbu pelengkap kelezatan hidup dalam kebersamaan.

Namun, kalau hal itu tidak diatasi dan disikapi dengan bagus dan arif, maka yang namanya pertengkaran kecil itu akan menjadi sebuah bumerang yang terkadang bisa mengkandaskan bahtera itu sebelum sampai pada cita-cita impian bersama.

Sangat miris hati ini saat mendengar bahwa para ibu-ibu banyak yang memakan daging suami mereka sendiri. Banyak suasana ngobrol yang seharusnya bisa diisi dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, malah menjadi lainnya. Terdorong untuk menasehati sesama muslim karena memang agama ini adalah nasehat, maka hati inipun tergerak untuk menggugah dan tangan inipun mulailah menorehkan untaian kata-kata ini.

Pada awalnya saya agak bingung dari siapa saya harus memulai, apakah dari suami ataukah istri, karena saya yakin masalah ini tidak bisa dibebankan pada salah satu saja, namun karena saya adalah laki-laki yang juga suami, maka lebih baiknya kalau saya mulai dari jenisku sendiri para kaum suami.

Bacalah, resapilah lalu renungkanlah mudah-mudahan ini bisa menjadi setitik obat bagi sebuah luka dan semoga rumah tangga menjadi penuh dengan berkah baik saat senang maupun susah, baik saat lapang maupun sempit.

Keistimewaan Sedekah (Renungan Bagi Orang Sakit)


Segala puji hanya milik Allah, kita selalu memujiNya dikala senang maupun susah. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah -yang pernah mengalami sakit dan tertimpa cobaan-, kepada keluarga dan sahabat beliau yang penyabar lagi ridha terhadap taqdir Allah.
Pada zaman ini berbagai penyakit semakin menyebar dan banyak macamnya. Bahkan beberapa penyakit tidak bisa ditangani oleh dokter dan belum ditemukan obatnya, seperti kanker dan semisalnya, meskipun sebenarnya obat penyakit tersebut ada. Allah tidak menciptakan suatu penyakit, melainkan ada obatnya. Namun obat tersebut belum diketahui, karena suatu hikmah tertentu yang dikehendaki oleh Allah.
Mungkin penyebab utama banyaknya penyakit adalah banyaknya kemaksiatan dan dilakukan dengan terang-terangan tanpa malu. Kemaksiatan yang menyebar ditengah masyarakat dapat membinasakan mereka. Allah berfirman yang artinya,
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.”  (Surat Asy Sura 30)
Diantara hikmah penyakit yang diderita seorang hamba adalah sebagai ujian dari Allah kepadanya, dunia adalah tempat berseminya berbagai musibah, kesedihan, kepedihan dan penyakit.
Ketika saya melihat orang sakit bergulat dengan rasa sakitnya dan menyaksikan orang yang membutuhkan pertolongan dengan menahan rasa perihnya, mereka telah melakukan berbagai macam ikhtiar namun mereka melewatkan sebab penyembuhan yang hakekatnya dari Allah. Maka saya tergerak menulis untuk semua orang yang sedang sakit, agar rasa duka dan sedihnya lenyap, dan penyakitnya dapat terobati.
Wahai anda yang sedang sakit menahan lara, yang sedang gelisah menanggung duka, yang tertimpa musibah dan bala, Semoga keselamatan selalu tercurah kepadamu, sebanyak kesedihan yang menimpamu, sebanyak duka nestapa yang kau rasakan. Penyakitmu telah memutuskan hubunganmu dengan manusia, menggantikan kesehatanmu dengan penderitaan. Orang lain tertawa sedang engkau menangis. Sakitmu tidak kunjung reda, tidurmu tidak nyenyak, engkau berharap kesembuhan walau harus membayar dengan semua yang engkau punya.
Saudaraku yang sedang sakit! Saya tidak ingin memperparah lukamu, namun saya akan memberimu obat mujarab dan membuatmu terlepas dari derita yang bertahun tahun. Obat ini didapat dari sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,
“Obatilah orang yang sakit diantara kalian dengan sedekah” 
(Dihasankan oleh syaikh Albani dalam Shahihul Jami’)

Kamis, 06 November 2014

Tips Menjadi Bidadari Dunia Dan Akhirat

TIPS MENJADI BIDADARI DUNIA DAN AKHIRAT

(UNTUK SANG ISTRI)

1. Segera menyahut dan hadir apabila diajak utk berhubungan.

2. Tidak membantah perintah suami selagi tidak bertentangan dgn syariat.

3. Tidak bermasam muka terhadap suami.

4. Senantiasa berusaha memilih perkataan yg terbaik ketika berbicara.

5. Tidak memerintahkan suami utk mengerjakan pekerjaan wanita.

6. Keluar rumah hanya dgn izin suami.

7. Berhias hanya untuk suami.

8. Tidak memasukkan orang ke dalam rumah tanpa seijin suami.

9. Menjaga waktu makan dan waktu istirahat suami.

10. Menghormati mertua serta kerabat keluarga suami. Terutama ibu mertua.

11. Berusaha menenangkan hati suami jika suami galau.

12. Segera minta ma’af jika melakukan kesalahan kpd suami.

13. Mencium tangan suami tatkala datang dan pergi.

14. Mau diajak oleh suami utk sholat malam, dan mengajak suami utk sholat malam.

15. Tidak menyebarkan rahasia keluarga terlebih lagi rahasia ranjang!!


Tips Agar Dicintai Allah



# Tips Agar Dicintai Allah #

" Sesungguhnya Allah mencintai orang yang bertakwa, orang yang kaya, dan orang yang tidak pamer." (HR. Muslim)

Setiap kita pasti menginginkan dicintai oleh Allah. Karena, jika Allah mencintai kita, maka kebahagiaan di dunia dan di akhirat akan kita raih. Pertanyaannya, bagaimanakah caranya agar kita bisa dicintai oleh Allah?

Jika kita merujuk kepada hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagaimana yang disebutkan diatas, maka ada 3 cara agar bisa dicintai Allah.

#Pertama, menjadi orang yang bertakwa, Ali bin Abi Thalib memberikan batasan ciri-ciri orang yang bertakwa:

1). merasa takut kepada Allah. Takut kepada Allah berbeda dengan ketakutan kita kepada makhluk, jika kita takut kepada harimau maka kita akan menjauhinya. Namun, jika kita takut kepada Allah maka kita harus mendekati-Nya dengan senantiasa meningkatkan kualitas ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Efek positif dari rasa takut ini, maka akan muncul sikap hati-hati dalam berbuat, sehingga perbuatan kita tidak akan seenaknya, namun akan penuh pertimbangan.

2). tadabbur Al-Quran. Tadabbur artinya membaca Al-Quran disertai dengan memahami isinya. Al-Quran berisi pedoman dan petunjuk hidup, maka agar hidup ini selaras dan sesuai dengan kehendak Allah, salah satu caranya adalah dengan mengikuti petunjuk dari Al-Quran;

3). qanaah dalam hidup. Qanaah artinya merasa cukup dengan nikmat diberikan Allah. Sehingga hidup penuh dengan rasa syukur. Qanaah bukan berarti pasif, tapi aktif dalam berikhtiar, fokus dan bersungguh-sungguh dalam beramal, namun untuk hasil sepenuhnya diserahkan kapada Allah;

4). bersiap-siap menghadapi kematian. Orang yang bertakwa senantiasa ingat mati, sehingga hidupnya menjadi produktif dalam beramal sebagai bekal kepulangannya. Tiada waktu untuk leha-leha dan bermalas-malasan, karena dia tahu bahwa maut pasti akan datang sewaktu-waktu. Baginya, waktu adalah kesempatan emas yang tidak boleh disia-siakan untuk memperbanyak amal ibadah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pergunakan lima perkara sebelum datang lima perkara lagi : Hidupmu sebelum matimu, sehatmu sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, mudamu sebelum tuamu, dan kayamu sebelum miskinmu." (HR. Baihaqi dari Ibnu Abbas).

Jauhi Teman Yang Buruk

# Jauhi Teman yang Jelek #


Lingkungan sangat berpengaruh pada kepribadian seseorang. Jika kita berada dalam lingkungan yang baik, maka kita akan ikut baik. Sebaliknya jika berada dalam lingkungan yang jelek, kita pun akan terpengaruh jeleknya. Pertemanan dan pergaulan semacam ini mesti dijauhi apalagi jika kita tak bisa memberikan pengaruh.

Coba perhatikan saja, orang yang tingkah lakunya kewanitaan, bergaya banci, ia bisa terus seperti itu karena faktor pergaulan.

Ada juga yang suka merokok dan minum miras, juga terpengaruh jelek karena pertemanan.

Ada pula yang tidak mau kalah ingin punya pacar, itu juga karena dipengaruhi oleh teman-teman yang saling bersaing untuk memiliki cewek sebagai pasangan jalan.

Andai jika ia memiliki lingkungan yang bagus, tentu tidak akan rusak seperti itu.

Kami teringat akan nasehat Malik bin Dinar di mana ia berkata,

كُلُّ جَلِيْسٍ لاَ تَسْتَفِيْدُ مِنْهُ خَيْرًا فَاجْتَنِبْهُ

“Setiap pertemanan yang tidak mendatangkan kebaikan apa-apa bagimu, maka jauhilah.” (Hilyatul Auliya’, 1: 51, dinukil dari At Tadzhib Al Mawdhu’iy li Hilyatil Auliya’, hal. 471).

Rasul pun mengarahkan kita agar memiliki lingkungan yang baik dalam bergaul. Dari Abu Musa, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101 dan Muslim no. 2628)

Inilah Aqidah Kita

Soal:

Sering-seringnya kami mendengar kata, ‘Aqidah orang itu di pertanyakan!’ atau ‘Wah..aqidah orang itu tidak beres!’ Sebenarnya yang dimaksud dengan aqidah itu apa? Dan aqidah yang beres itu yang bagaimana? Harap di jelaskan! [Jember]

Jawab:

Aqidah menurut bahasa berasal dari kata Al-‘Aqdu yang berarti ikatan dan At-Tautsîqu yang berarti kepercayaan/keyakinan kuat.

Sedang menurut istilah, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.

# Tiga Penopang

Agama kita ini tegak diatas tiga penopang, yaitu; Aqidah yang shahih [benar], ibadah yang masyrû’ [disyariatkan], dan akhlaq yang fâdhilah [mulia lagi utama].

Aqidah yang shahih adalah aqidah As-Salafush Shalih. Sedang As-Salafus Shalih sendiri adalah para shahabat yang mulia dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan cara yang baik.

Ibadah yang masyrû’ adalah ibadah yang tegak diatas dalil yang bersumber dari Al-Qur`an dan As-Sunnah yang shahih dan bukan ibadah yang dibuat-buat [bid’ah].

Sedang Akhlak yang fâdhilah adalah semua budi pekerti yang mulia yang syariat menyeru kepadanya, mendorong untuk melakukannya dan memerintahkan untuk menerapkannya.

Tiga masalah diatas bukanlah hanya sekedar pengetahuan umum belaka tetapi ia adalah sebab-sebab keselamatan didunia dan akhirat dan merupakan jalan yang menghubungkan kepada Allah Ta’ala.

Rabu, 05 November 2014

Makna Shalawat dan Salam


Soal: Apa makna yang sebenarnya dari lafazh shalawat dan salam? Jazakallahu khairan.

Jawab: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.’ [QS. al-Ahzab : 56].

Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, ‘Maksud ayat ini adalah bahwa Allah Ta’ala mengabarkan kepada hamba-hamba-Nya ihwal kedudukan hamba dan Nabi-Nya (Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam) di kalangan al-Mala’ul A’la dan bahwasanya Dia memujinya di hadapan para malaikat muqarribin dan bahwasanya para malaikatpun bershalawat kepada beliau. Kemudian Allah Ta’ala menyuruh penghuni alam rendah (bumi) agar memberi shalawat dan salam kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam supaya terhimpunlah pujian atasnya dari penghuni dua alam, alam tinggi dan alam rendah.’ [Tafsir Ibnu Katsir 6/280].

# Makna Shalawat

Ibnu Atsir dalam kitabnya an-Nihayah 3/50 berkata, ‘Shalat dan shalawat adalah ibadah tertentu. Dalam bahasa Arab kata shalat atau shalawat pada asalnya bermakna do’a. Lalu iapun dinamai dengan penyebutan sebagiannya. Ada yang berpendapat bahwa asalnya bermakna pengagungan. Dan dinamakan shalat sebagai ibadah yang tertentu, lantaran di dalamnya terdapat pengagungan kepada Tuhan Yang Maha Tinggi. Ungkapan seseorang ketika bertasyahhud, ‘Ashhalawaatu Lillaah’; yaitu do’a yang dimaksudkan padanya sebagai bentuk pengagungan kepada Allah yang mana Dialah yang berhak atas keagungan itu, yang tidak layak seorangpun selain-Nya.’

Adapun pengertian shalawat untuk Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai berikut :

1. Shalawat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, berarti pujian-Nya kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam di hadapan para malaikat.
2. Shalawat dari Malaikat, berarti do’a yang meminta kepada Allah Ta’ala agar beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam dipuji dan diagungkan.

Dua makna shalawat di atas adalah merupakan penafsiran Abu ‘Aliyah, sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya. Ada juga makna lain selain dari makna di atas seperti ’Shalawat dari Allah Ta’ala itu bermakna pengampunan atau rahmat’ tetapi Ibnu Hajar di dalam kitabnya Fathul Bari’ lebih cenderung kepada makna yang telah kami sebutkan di atas. Beliau berkata, ‘Pendapat yang utama adalah seperti ungkapan Abu ‘Aliyah yang lalu, bahwa makna shalawat Allah Ta’ala kepada nabi-Nya Shalallahu ‘alaihi wasallam adalah pujian dan pengagungan atasnya, sedang shalawat dari malaikat dan yang lainnya adalah memintakan hal itu (pujian dan pengagungan) dari Allah Ta’ala untuknya.’

3. Shalawat dari manusia, juga bermakna do’a. Meminta agar Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji dan mengagungkan Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wasallam.

Ibnu Atsir berkata, ‘Adapun makna dari ucapan kita ‘Allahumma Shalli Ala Muhammad’ adalah Ya Allah, agungkanlah ia di dunia dengan meninggikan penyebutannya, menampakkan dakwahnya, dan mengekalkan syari’atnya. Sedang di akhirat, agungkanlah ia dengan memberikan syafa’at pada ummatnya, dan menggandakan pahalanya.’ [an-Nihayah 3/50].