Selasa, 11 November 2014

Akibat Berpaling Dari Agama Allah

Berpaling dari apa yang dibawa oleh rasul berakibat buruk dan berdampak negatif, Allah Ta'ala berfirman, “Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah tunduk kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul,’ niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah, ‘Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna." (An-Nisa’: 61-62).

Firman Allah, “Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka.” (Al-Maidah: 49)

Dua penggalan ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa berpaling dari agama Allah adalah sebab terjadinya ujian-ujian dan musibah-musibah, kesulitan-kesulitan dan kesempitan hidup.

Firman Allah, “Kemudian jika mereka berpaling (dari kebenaran), maka sesungguhnya Allah Maha mengetahui orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Ali Imran: 63).

Ayat ini menjelaskan bahwa berpaling dari agama merupakan perbuatan merusak. Al-Baidhawi berkata tentang tafsir ayat ini, “Ancaman bagi mereka, kata zhahir diletakkan di tempat dhamir untuk menujukkan bahwa berpaling dari hujjah dan tauhid merusak agama dan akidah yang menyeret kepada kerusakan jiwa bahkan rusaknya alam.”

Firman Allah Ta'ala, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada Hari Kiamat dalam keadaan buta.’ Berkatalah ia, ‘Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Allah berfirman, ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan." (Thaha: 124-126).

Berpaling menurut ayat-ayat di atas berakibat buruk, kehidupan yang sempit dan di akhirat dibangkitkan dalam keadaan buta, balasan sesuai dengan perbuatan, manakala orang tersebut menutup mata dari peringatan Allah di dunia, maka di akhirat Allah pun menutup matanya, alias membutakannya.



Ibnu Taimiyah berkata, “Barangsiapa berpaling dari wahyu meskipun tidak medustakannya maka pada Hari Kiamat dia dalam azab yang menghinakan, kehidupannya di dunia ini sempit. Begitu pula di alam Barzakh dan Akhirat, kehidupannya sempit, sengsara dan sarat dengan kecemasan, kesedihan dan kepedihan sebagaimana kehidupan yang baik untuk orang yang beriman dan beramal shalih.”

Ibnu Taimiyah berkata, “Adam dan anak cucunya telah diperintahkan sejak dia diturunkan agar mengikuti petunjuk yang Dia wahyukan kepada para nabi, dari sini terbukti bahwa illat berasal dari penolakan untuk mengikuti para nabi dan para rasul dalam tauhid dan agama yang mereka perintahkan.”

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab berkata tentang ayat ini, “Allah menyebutkan dua hukuman bagi orang yang berpaling dari al-Qur`an. Pertama kehidupan yang sempit. Kehidupan yang sempit ini ditafsirkan oleh salaf dengan dua; Pertama: kesempitan dunia, walaupuh dia berkecukupan dia diliputi ketakutan terhadap kecemasan, kelelahan batin dan jasad dalam hidupnya di dunia sehingga kematian datang kepadanya sementara dia belum merasakan ketenangan hidup. Kedua: kesempitan di alam Barzakh, yaitu alam kubur. Kesempitan dunia ditafsirkan pula dengan kebodohan karena kebimbangan dan kebingungan mengakibatkan kecemasan dan kesempitan dada.”

Firman Allah Taala, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahNya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (An-Nur: 63). Menyelisihi artinya berpaling dan menghalang-halangi.

Di antara yang diucapkan oleh Ibnu Katsir tentang tafsir ayat ini, “Firman Allah, ‘Mereka ditimpa fitnah’ yakni dalam hati mereka, dalam bentuk kekufuran atau kemunafikan atau kezindikan, ‘Atau mereka ditimpa azab yang pedih’ yakni di dunia dengan dibunuh atau hukuman had atau penahanan dan lain-lain.

Syaikh asy-Syinqithi telah menyebutkan sekumpulan akibat buruk dari bepaling pada tafsirnya terhadap firman Allah, “Dan siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya lalu dia berpaling dari padanya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya?” (Al-Kahfi: 57).

Beliau katakan, “Allah Taala menyatakan dalam ayat yang mulia ini bahwa berpaling dari ayat-ayat Allah termasuk kezhaliman terbesar, di tempat-tempat lain Allah menambahkan akibat-akibat buruk yang muncul akibat berpaling dari ayat-ayatNya. Di antara akibat buruknya adalah: apa yang Allah sebutkan di sini bahwa pelaku termasuk manusia dengan kezhaliman terbesar. Di antara akibat buruknya adalah tertutupnya hati oleh kabut sehingga ia tidak memahami kebenaran dan tidak meraih petunjuk selama-lamanya. Firman Allah Taala, “Sesungguhnya Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka; dan kendati pun kamu menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk selama-lamanya.” (Al-Kahfi: 57).

Di antara akibat buruknya adalah pembalasan Allah kepada orang yang berpaling dari ayat-ayatNya sebagaimana firman Allah Taala, “Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As-Sajdah: 22).

Di antaranya orang yang berpaling sama dengan keledai sebagaimana firman Allah Taala, “Maka mengapa mereka (orang-orang kafir) berpaling dari peringatan (Allah)? Seakan-akan mereka itu keledai liar yang lari terkejut.” (Al-Muddatstsir: 49-50).

Di antaranya ancaman petir seperti petir Ad dan Tsamud sebagaimana firman Allah Taala, “Jika mereka berpaling maka katakanlah, ‘Aku telah memperingatkanmu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum 'Ad dan Tsamud." (Al-Fushshilat: 13).

Di antaranya disiapkannya teman setan baginya sebagaimana firman Allah Taala, “Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan yang Maha Pemurah (al-Qur`an), Kami adakan baginya setan (yang menyesatkan) maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az-Zukhruf: 36). Wallahu a'lam.

sumber: http://alsofwah.or.id/
_____________________________________

Oleh: Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan
Pembatal kesepuluh: Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya


Penjelasan:
Yang kesepuluh –dan ini yang terakhir- yaitu berpaling dari agama Allah, tidak perhatian kepadanya, tidak mempelajarinya, kalaupun dia mempelajarinya tetapi tidak mau mengamalkannya. Pertama dia berpaling dari ilmu, kemudian berpaling dari amal –kita memohon keselamatan kepada Allah- sehingga walaupun seseorang beramal akan tetapi tidak didasari ilmu maka amalannya adalah sesat, oleh karena itu seseorang harus belajar terlebih dahulu baru kemudian beramal. Adapun orang yang telah memperoleh ilmu kemudian meninggalkan amal, maka dia termasuk orang-orang yang dimurkai dan barangsiapa beramal tetapi meninggalkan ilmu, maka dia termasuk orang-orang yang sesat.

Perkara inilah yang kita selalu berlindung darinya kepada Allah pada setiap raka’at:

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ * صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ

“Tunjukilah kami jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai (yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (nashrani).” (Al-Fathihah: 6-7)

Barangsiapa berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak mau mengamalkannya, maka sungguh dia menjadi murtad dari agama Islam. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً

“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (Kitab-Ku), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” (Thaha: 124)

Berpaling dari peringatan-Ku adalah tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya.

وَالَّذِينَ كَفَرُوا عَمَّا أُنْذِرُوا مُعْرِضُونَ

“Dan orang-orang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (Al-Ahqaf: 3)

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِآيَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَا إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنْتَقِمُونَ

“Dan siapakah yang lebih dzalim dari orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As Sajdah: 22)

Dia berpaling darinya setelah diingatkan dengannya.

Di sana ada manusia yang tidak mempelajari agama ini karena malas, orang seperti ini tidak dikafirkan tetapi dicela karena kemalasannya. Adapun apabila dia meninggalkan untuk menuntut ilmu karena tidak menyukai ilmu itu, maka inilah yang disebut berpaling dari ilmu dan kita berlindung kepada Allah (darinya), inilah yang dikafirkan.

Apabila seseorang menyukai ilmu dan mencintainya akan tetapi dia malas karena menuntut ilmu itu sulit, membutuhkan kesabaran, menahan diri dan duduk (untuk menuntut ilmu) sedangkan dia malas, maka dia dicela atas kemalasannya dan peremehannya akan tetapi tidak sampai batas kekafiran.

Dan dalilnya firman Allah:

“Dan siapakah yang lebih dzalim dari orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya kemudian ia berpaling darinya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (As Sajdah: 22)

Penjelasan:

Berpaling yang menunjukkan bahwa dia tidak menyukai ilmu atau membencinya ini adalah kekafiran dan kita berlindung kepada Allah (darinya).

(Dinukil untuk Blog Ulama Sunnah www.ulamasunnah.wordpress.com dari 10 Pembatal Keislaman, karya Asy-Syaikh Shalih Al-Fauzan, penerjemah: Al-Ustadz Abu Hamzah Abdul Majid, Penerbit Cahaya Ilmu Press, Yogyakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar