Selasa, 11 November 2014

Fungsi Diturunkannya al-Qur'an


Sesungguhnya merupakan nikmat Allah yang terbesar adalah diutusnya Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wasallam dan diturunkan nya al-Qur'an kepadanya untuk memberi petunjuk kepada manusia, mengajari dan mengingatkan mereka tentang segala yang bermanfaat bagi mereka di dunia dan di akhirat. Atas dasar inilah Allah memuliakan ummat ini.

Al-Qur'an adalah kalam (firman) Allah Ta'ala, baik huruf maupun maknanya, dia bukan makhluk. Dari Allah al-Qur'an berasal dan kepada-Nya dia akan kembali. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, artinya, "Dan sesungguhnya al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Rabb semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas." (QS. Asy Syu'araa:195)

Al-Qur'an merupakan kitab yang universal untuk seluruh manusia, bahkan untuk bangsa jin, untuk memberikan kabar gembira dan peringatan kepada mereka. (periksa QS. al-Jin:2)

Al-Qur'an diturunkan kepada manusia dengan memiliki fungsi yang amat banyak. Di antara fungsi diturunkannya al-Qur'an adalah sebagai berikut:

********* Sebagai Petunjuk (Huda) ***********


Allah Ta'ala telah berfirman,artinya,"Alif laam miim. Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa." (QS. al- Baqarah:1-2)

Dan di pertengahan surat al- Baqarah Allah juga berfirman,
"(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)."(QS.al- Baqarah:185)

Di awal surat al-Baqarah tersebut Allah Ta'ala menyebut al-Qur'an sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa sedangkan di pertengahannya disebutkan sebagai petunjuk bagi manusia, dan ini sifatnya umum baik bagi yang bertakwa maupun yang tidak bertakwa.

Adapun petunjuk bagi orang bertakwa, mempunyai arti bahwa mereka mampu mengambil manfaat dan mengambil faidah dari al-Qur'an itu, serta mereka mampu manjadikan cahaya al-Qur'an sebagai penerang bagi mereka.

Sedangkan petunjuk bagi manusia, artinya al-Qur'an memberi penjelasan bagi mereka mana jalan yang lurus terbimbing, jika mereka menghendaki jalan lurus tersebut bagi diri mereka.

Jadi al-Qur'an merupakan petunjuk dilalah dan irsyad (penjelasan dan bimbingan) bagi seluruh manusia, dan petunjuk taufiq bagi orang yang bertakwa, khususnya mereka yang memenuhi panggilan al-Qur'an.

Jadi hidayah itu ada dua macam, yaitu hidayah taufiq wa 'amal (respon dan aksi). Ini khusus bagi orang yang beriman, dan hidayah dilalah wa irsyad (bimbingan dan penjelasan) yang bersifat informatif untuk seluruh umat manusia. Allah Ta'alajuga berfirman menyifati al Qur'an,artinya,"Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih." (QS. Al Israa':9-10)

Allah Ta'ala menyebutkan al-Qur'an sebagai petunjuk yang paling lurus (aqwam), yaitu kepada jalan yang paling lurus dan adil yang mengantarkan kepada Allah Ta'ala. Jika anda menghendaki untuk sampai kepada Allah Azza wa Jalla dan surga Nya maka anda harus beramal dengan al-Qur'anul Karim.

******** Al Qur'an sebagai Ruh. ********

Di dalam ayat yang lain Allah menyebut al-Qur'an dengan ruh, dan salah satu makna ruh di sini adalah segala yang menjadikan hati hidup penuh dengan makna. Sebagaimana halnnya tubuh, jika di dalamnya ada ruh maka dia akan hidup dan jika ruh keluar dari badan maka dia akan mati. Allah berfirman, artinya, "Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (wahyu/al-Qur'an) dengan perintah Kami.Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al-Kitab (al-Qur'an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur'an itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (QS. Asy Syura:52)

Al-Qur'an adalah ruh bagi hati, dan ruh hati lebih khusus daripada ruh badan. Allah menamainya dengan ruh karena dengan al-Qur'an itu hati menjadi hidup. Maka apabila al-Qur'an telah bertemu dengan hati pasti dia akan hidup dan bercahaya. Dia akan mengenal Rabbnya, menyembah Allah di atas dasar bashirah (ilmu), takut kepada-Nya, bertakwa, mencintai-Nya, meninggikan serta mengagungkan-Nya. Ini dikarenakan al-Qur'an merupakan ruh yang menggerakkkan hati sebagaimana ruh (nyawa) yang menggerakkan badan.

Jika nyawa masuk ke dalam badan maka dia akan menggerakkan badan itu serta menjadikannya hidup. Demikian pula al-Qur'an, jika masuk ke dalam hati maka akan menghidupkan serta menggerakkan hati untuk takut kepada Allah serta mencintai-Nya. Sebaliknya jika hati tidak dimasuki al-Qur'an maka akan mati, sebagaimana badan yang tidak punya ruh.

Maka di sini ada dua kehidupan dan dua kematian. Dua kematian adalah matinya jasmani dan matinya hati sedang dua kehiduan adalah hidupnya jasmani dan hidupnya hati. Hidupnya badan berlaku bagi mukmin dan kafir, orang takwa dan orang fasik, bahkan seluruh manusia dan hewan tidak ada bedanya. Yang membedakan adalah hidupnya hati, dan ini tidak didapati kecuali pada hamba Allah yang mukmin dan muttaqin. Adapun orang kafir dan binatang ternak maka mereka kehilangan hidupnya hati, meskipun badan dan jasmani mereka hidup.

********** Al Qur'an sebagai Cahaya ***********

Allah menamai al-Qur'an dengan Nur (cahaya), yaitu sesuatu yang menerangai jalan yang terbentang di hadapan manusia sehingga tampak segala yang ada di hadapannya. Apakah ada lobang, ataukah duri lalu menghindarinya, dan kelihatan pula jalan yang selamat sehingga dia manempuh jalan itu.

Orang yang tidak mempunyai cahaya maka dia berada di dalam kegelapan, tidak bisa melihat lobang serta duri, tidak mengetahui adanya bahaya karena memang tidak mampu untuk melihat.
Kita semua tahu adanya cahaya yang mampu kita lihat, seperti cahaya matahari, lampu, lentera dan cahaya yang lain. Dengan adanya cahaya inilah kita tahu bagaimana sebaiknya berjalan di jalanan, di pasar, di rumah dan kita tahu dengan cahaya itu apa yang perlu untuk kita jauhi dan waspadai.

Akan tetapi cahaya al Qur'an adalah cahaya maknawi yang memperlihatkan kepada anda apa yang bermanfaat bagi anda dalam urusan agama maupun dunia, menjelaskan kepada anda yang hak dan yang batil, menunjukkan jalan menuju surga sehingga anda menempuhnya berdasarkan cahaya dan bimbingan Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Al-Qur'an adalah nur maknawi yang dengannya anda dapat membedakan jalan yang terang dari jalan yang gelap, membedakan jalan surga dari jalan neraka. Dengannya engkau akan tahu mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya, engkau tahu kebaikan dan keburukan. Maka al-Qur'an adalah cahaya semesta alam untuk menuju jalan kesuksesan, kebahagiaan dan kemenangan di dunia dan di akhirat.

******* Al Qur'an sebagai Pembeda *******

Allah Ta'ala juga menyifati al Qur'an sebagai Furqaan (pembeda) sebagai mana firman-Nya, artinya, "Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (yaitu al-Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam." (QS. Al Furqaan:1)

Artinya al-Qur'an membedakan antara yang haq dengan yang batil, antara yang lurus dengan yang sesat, yang bermanfaaat dan yang berbahaya. Dia menyuruh kita semua mengerjakan kebaikan dan melarang kita dari perbuatan buruk dan dia memperlihat kan segala apa yang kita perlukan untuk urusan dunia dan akhirat, maka dia adalah furqan dalam arti membedakan antara yang hak dengan yang batil.

******* Al Qur'an sebagai Obat Penawar *******

Allah Subhanahu wa Ta'ala juga menyebut al-Qur'an ini sebagai syifa'(obat penawar), Dia berfirman, artinya, "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus:57)

Dia merupakan obat bagi penyakit yang bersifat hakiki (yang menimpa badan) dan penyakit yang sifatnya maknawi (yang menimpa hati). Merupakan obat bagi penyakit badan, dengan cara membacakannya untuk orang yang sakit atau terkena ain (hipnotis), kesurupan jin dan semisalnya.

Dengan izin Allah Subhanahu wa Ta'ala orang yang sakit akan menjadi sembuh jika bacaan tersebut berasal dari hati seorang mukmin yang yakin kepada-Nya. Apabila keyakinan yang kuat berkumpul antara orang yang membacakannya dengan yang di bacakan untuknya maka Allah akan memberikan kesembuhan bagi si sakit.

Al-Qur'an juga merupakan obat bagi penyakit maknawi, seperti penyakit ragu-ragu (syak), syubhat (kerancuan), kufur dan nifak. Penyakit-penyakit ini jauh lebih berbahaya daripada penyakit badan.
Penyakit hati lebih berbahaya daripada penyakit badan karena penyakit badan ujung penghabisannya adalah mati sedangkan mati itu pasti terjadi dan tidak mungkin dapat ditolak. Penyakit hati jika dibiarkan terus menerus maka akan menyebabkan matinya hati, rusak secara total sehingga si empunya hati menjadi seorang kafir, condong kepada keburukan, fasik. Dan tidak ada obat baginya selain daripada al-Qur'an yang telah diturunkan oleh Allah sebagai obat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya,"Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian."(QS. Al Israa':82)
Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan al-Qur'an sebagai obat bagi orang mukmin dan mengkhususkan itu untuk mereka karena hanya orang mukmin saja yang mampu mengambil manfaat dan mengambil petunjuk dengan al-Qur'an itu sehingga hilang dari mereka segala was-was, keraguan dan syubhat dari dalam hati mereka.

Sedang orang-orang munafik dan orang-orang kafir serta pelaku kemusyrikan maka mereka tidak dapat mengambil faedah dari al Qur'an selagi mereka masih terus menerus berada di atas kemusyrikan, kemunafikan dan kekufuran mereka. Kecuali jika mau behenti dari semua itu dan bertobat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kita semua sebagai ahli al-Qur'an yang senantiasa membaca, memahami dan mengamalkan isinya. Amin ya Rabbal 'alamin.

Diambil dari muqaddimah kitab "Tadabbur al-Qur'an", Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan (Ibnu Djawari)

Sumber: alsofwah.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar