Kamis, 25 Desember 2014

Induk Kekufuran

Berkata Imam Ibnul Qayyim rahimahullah:

«أركان الكفر أربعةٌ: الكبر والحسد والغضب والشهوة، فالكبر يمنعه الانقياد، والحسد يمنعه قبول النصيحة وبذلُها، والغضب يمنعه العدل، والشهوة تمنعه التفرُّغ للعبادة، فإذا انهدم ركن الكبر سَهُل عليه الانقياد، وإذا انهدم ركن الحسد سَهُل عليه قبول النصح وبذلُه، وإذا انهدم ركن الغضب سَهُل عليه العدل والتواضع، وإذا انهدم ركن الشهوة سَهُل عليه الصبر والعفاف والعبادة، وزوال الجبال عن أماكنها أيسر مِن زوال هذه الأربعة عمَّن بُلي بها ولاسيَّما إذا صارت هيئاتٍ راسخةً وملكاتٍ وصفاتٍ ثابتةً، فإنه لا يستقيم له معها عملٌ ألبتَّة ولا تزكو نفسُه مع قيامها بها، وكلَّما اجتهد في العمل أفسدته عليه هذه الأربعة، وكلُّ الآفات متولِّدةٌ منها، وإذا استحكمت في القلب أَرَتْه الباطلَ في صورة الحقِّ والحقَّ في صورة الباطل، والمعروفَ في صورة المنكر والمنكرَ في صورة المعروف، وقرَّبت منه الدنيا وبعَّدت منه الآخرةَ، وإذا تأمَّلتَ كُفْرَ الأمم رأيتَه ناشئًا منها، وعليها يقع العذاب، وتكون خفَّتُه وشدَّتُه بحسب خفَّتها وشدَّتها، فمن فتحها على نفسه فُتح عليه أبوابُ الشرور كلِّها عاجلاً وآجلاً، ومن أغلقها على نفسه أغلق عنه أبوابَ الشرور، فإنها تمنع الانقيادَ والإخلاص والتوبة والإنابة وقبول الحقِّ ونصيحةَ المسلمين والتواضع لله ولخلقه».

Sendi-sendi kekufuran itu ada empat : al-kibr (kesombongan), al-hasad (rasa iri), al-ghadab (marah atau emosi) dan asy-syahwat (nafsu syahwat)

Kesombongan akan menghalangi seseorang dari berbuat taat. Rasa iri menghalangi seseorang dari menerima atau memberikan nasehat. Marah menghalangi seseorang dari berbuat adil. Nafsu menghalangi seseorang dari memfokuskan diri pada ibadah. Artinya, jika sendi kesombongan itu sirna, maka seseorang akan dengan mudah melakukan ketaatan. Jika tidak ada rasa iri dengki, maka seseorang akan mudah menerima atau memberikan nasehat. Jika tidak emosi, maka seseorang bisa berlaku adil dan tawaddhu’ (merendahkan diri) dengan mudah. Jika syahwat tidak ada, maka dengan mudah seseorang bisa bersabar, menahan diri dan memfokuskan diri untuk beribadah.

Keempat sifat tercela ini tidak bisa hilang begitu saja. Gunung yang kokoh lebih mudah sirna dibandingkan empat sifat ini. Terutama jika sifat-sifat ini sudah menjadi perangai yang melekat, maka tidak ada satu amalan pun yang bisa dilakukan dengan konsisten serta jiwa pelakunya tidak bisa bersih selama sifat-sifat buruk ini masih melekat meskipun dia melakukan amal shalih. Tiap kali berusaha melakukan amal shalih, empat sifat ini datang merusaknya. Dan semua bencana yang menimpa seseorang bermula dari empat sifat ini. Jika sifat-sifat sudah bertengger di hati, dia akan mengubah pandangan hati, yang bathil terlihat haq dan yang haq terlihat bathil, yang ma’rûf terlihat mungkar dan begitu sebaliknya. Sifat-sifat ini akan mendekatkan pelakunya kepada dunia dan menjauhkannya dari akhirat.

Jika kita merenungi kekufuran berbagai umat, kita akan dapati bahwa kekufuran mereka itu berawal dari sifat-sifat tercela ini. Sifat-sifat inilah yang menyebabkan adzab. Berat atau ringannya adzab tergantung pada berat atau ringannya sifat-sifat buruk ini pada seseorang. Barangsiapa memberi kesempatan kepada sifat-sifat ini untuk bertengger dihatinya, berarti dia telah membuka seluruh pintu keburukan bagi dirinya, di dunia dan akhirat. Sebaliknya, barangsiapa yang menutup celah bagi sifat-sifat ini, berarti dia telah menutup semua jalan keburukan. Sifat-sifat buruk ini menghalangi seseorang dari ketaatan, ikhlas, taubat, menerima kebenaran, menerima nasehat serta menghalangi dari tawaddhu’ kepada Allah Azza wa Jalla dan sesama makhluk.

(Fawâidul Fawâid, karya Ibnul Qayyim rahimahullah, tahqîq Syaikh Ali Hasan bin `Ali bin `Abdul Hamîd al-halaby al-atsary, hlm. 288-290)

~Ust Hizbul Majid Al-Jawi~
https://www.facebook.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar